Allah
adalah pencipta alam semesta dengan cara melimpahkan kesempurnaanNya. Demikian
dikatakan oleh al-Farabi dalam teori emanasinya. Menjadi pertanyaan menarik,
siapakah Allah yang melimpahkan kesempurnaan-Nya itu? Apakah Allah itu tunggal
atau jamak? Bagi al-Farabi, Allah yang tidak kelihatan itu sekaligus bisa diketahui
dan bisa tidak diketahui. Budi manusia yang terbatas sangat sulit mengetahui
siapakah Allah itu. Namun, dalam metafisika teologisnya, al-Farabi memberikan
dalil agar manusia dapat mengerti secara rasional akan adanya Allah beserta
sifat-sifat-Nya.
Allah
itu terbukti ada, demikian kesimpulan al-Farabi. Buktinya bahwa benda yang
bergerak di dunia ini tidak mungkin dapat bergerak dari dirinya sendiri,
melainkan harus ada penggerak yang tidak dapat digerakkan oleh penggerak yang
lain. Teori kausalitas juga dapat memberi bukti bahwa tidak mungkin memikirkan
suatu rentetan seri sebab sampai penyebab yang tidak terbatas, dan pastilah ada
penyebab yang tidak disebabkan oleh yang lain, yakni Allah. Selain itu,
keberadaan dunia sebagai ada tergantung (kontingen) menjadi jelas bahwa
pastilah ada pengada yang adanya tidak disebabkan oleh pengada yang lain. Dan bagi
al-Farabi, Dia itulah Allah.
Allah
sebagai penyebab pertama merupakan Aktus Murni yang tidak tercampur dengan
potensialitas, maka sifatNya pasti tidak bergerak. Allah sebagai pengada yang
adanya tidak disebabkan mengindikasi bahwa Allah itu juga tidak terbatas, sebab
jika Ia terbatas, maka Ia pasti disebabkan oleh pengada yang tidak terbatas
lainnya. Selain itu, bagi al-Farabi, Allah itu Esa. Esa dalam diri Allah
berarti Ia itu tak terbagi, sebab kalau ada dua Allah, akan ada kemiripan dan sebagian
perbedaan yang satu dengan yang lain, dengan begitu simplisitas masing-masing
akan merupakan hal yang mustahil. Allah itu bebas dari komposisi substansi,
aksiden, essensi, maupun eksistensi. Oleh karenanya, Allah itu simple
sebab Ia bebas dari segala komposisi fisik maupun metafisik.
Komentar Pribadi
Dengan
sangat rasional, al-Farabi telah membuktikan keberadaan Allah, Sang Pencipta.
Bagi penulis, pengakuan akan Allah sebagai Sang Pencipta belum berarti adanya
perjumpaan dengan Allah. Sampai batas waktu yang tidak diketahui, Allah adalah
misteri. Artinya bahwa tidak ada ide atau konsep tentang Allah. Seorang pun
tidak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Tetapi hal
itu tidak berarti bahwa Allah itu “tidak terdeteksi”. Manusia memang tidak
dapat mengerti atau memahami Allah, tetapi ia dapat mengenal-Nya. Manusia hanya
mampu mengandalkan anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta, yakni keinginan
kuat untuk mengerti dan mengenal. Walaupun demikian, manusia harus tetap sadar
akan kelemahan dan keterbatasannya. Manusia, untuk dapat mencapai paham akan
Allah, harus mengakui Sang Pencipta sebagai dasar dan sumber hidupnya. Manusia
juga harus memainkan peran imannya untuk membantu rasionya dalam menemukan dan
mengenal Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar